Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuannya dan ilmu pengetahuan didapat dari informasi yang diperoleh dari lisan maupun tulisan. Semakin banyak penduduk suatu wilayah yang semangat mencari ilmu pengetahuan, maka akan semakin tinggi peradabannya. Budaya suatu bangsa biasanya berjalan seiring dengan budaya literasi, faktor kebudayaan dan peradaban dipengaruhi oleh membaca.
Oleh karena itu, salah satu langkah sederhana namun penting adalah menanamkan pentingnya literasi bagi anak-anak dan generasi muda.Penguasaan literasi merupakan indikator penting untuk meningkatkan prestasi bagi anak-anak dan generasi muda dalam mencapai kesuksesan.
Penanaman literasi sedini mungkin harus disadari karena menjadi modal utama dalam mewujudkan bangsa yang cerdas dan berbudaya, memasyarakatkan budaya literasi di lingkungan sekolah, salah satunya dengan memberdayakan perpustakaan sekolah/madrasah sebagai sumber informasi. Budaya literasi sangat terkait dengan pola pembelajaran di sekolah/madrasah dan ketersediaan bahan bacaan di perpustakaan. Hal itu disampaikan Eni Amaliah, Ketua Forum Literasi Lampung (FLL) saat melakukan silaturrahmi literasi bersama Tim Relawan Forum Literasi Lampung ke Perpustakaan MTs Negeri 2 Pringsewu yang berlokasi di Banyuwangi Kabupaten Pringsewu, Kamis 20 Januari 2020.
Undang-undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pada pasal 45 ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, dan kejiwaan peserta didik. Pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun siswa tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan.
Oleh karena itu perpustakaan harus dimiliki oleh semua sekolah/madrasah dan terpenuhinya koleksi buku sesuai Aturan Standar Nasional Perpustakaan.Eni Amaliah menambahkan, tidak ada manusia yang sudah literat sejak lahir. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses panjang dan sarana yang kondusif.
Proses ini dimulai dari kecil, dari lingkungan keluarga, lalu didukung atau dikembangkan di sekolah/madrasah, lingkungan masyarakat sekitar dan sebagainya. Maka keberadaan perpustakaan di sekolah/madrasah sangat dibutuhkan sebagai sarana belajar, untuk memperluas wawasan dan pengetahuan, dan meningkatkan ketrampilan bagi siswa secara dan sebagai sarana mencerdasakan anak bangsa.
Sementara Kepala MTs Negeri 2 Banyuwangi Kabupaten Prongsewu, Tina Malinda mengatakan “Insya Allah, Perpustakaan MTsN 2 Banyuwangi Kabupaten Pringsewu akan terus berbenah dan bertahap menambah koleksi buku-buku bacaan sesuai kebutuhan dan minat siswa/i juga para guru, meningkatkan kualitas SDM Pengelola Perpustakaan dengan mengikutsertakan Diklat Perpustakaan, akan bersinergi dan bekerjasama dengan beberapa lembaga atau komunitas dalam menjalankan Program Gerakan Literasi di Madrasah”.Perjalanan silaturrahmi Literasi Tim Relawan Literasi Lampung dilanjutkan ke Rumah Baca Pelangi Senja yang berlokasi di Desa Fajar Mulyo Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu.
Keberadaan Rumah Baca Pelangi Senja yang dikelola oleh Farida, seorang relawan literasi, sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar, tidak hanya digunakan sebagai tempat bermain anak-anak tapi juga memasyarakatkan kegemaran membaca dengan menyediakan buku-buku bacaan, dan juga bisa berfungsi sebagai sumber informasi masyarakat. Karena salah satu pintu masuk untuk mengembangkan budaya literasi adalah melalui penyediaan bahan bacaan, buku-buku bacaan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat.
Selain memberikan Donasi Al-Qur’an, Buku – Buku Bacaan untuk menambah koleksi buku Rumah Baca Pelangi Senja, Tim Relawan Literasi yang juga bergerak bersama Dosen dan Mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam (IPII) Fakultas Adab UIN Raden Intan Lampung melakukan serangkaian beberapa kegiatan antara Story Telling, Lomba menghafal surat-surat pendek (Hafiz Qur’an), Lomba menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, menulis puisi bersama, bercerita sejarah Nabi, dan lain-lain.
Farida, Pengelola Rumah Baca Pelangi Senja Kabupaten Pringsewu sangat mengapresiasi dan mengucapkan terimakasih kepada Tim Relawan Literasi dan juga Prodi IPII Fakultas Adab UIN Raden Intan Lampung dan menyatakan, kegiatan seperti ini sangat bermanfaat dan memotivasi kami untuk terus bergerak mengembangkan budaya literasi, terutama bagi masyarakat yang tinggalnya di kampung-kampung.Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan bimbingan pengolahan bahan pustaka oleh mahasiswa, sebagai bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat yang merupakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Koleksi buku-buku yang ada di Rumah Baca, bisa kita kelola dengan baik sesuai dengan Ilmu Manajemen Perpustakaan, salah satunya adalah dengan mengelompokkan dan menyusun buku-buku di Rak sesui dengan subjek yang sama, yang akan memudahkan kita para Pengelola juga anak-anak yang mau membaca, menemukan buku yang dibutuhkan dan mengembalikan lagi ke Rak dengan mudah dan cepat. Hal itu disampaikan Aldy Dyan Dinasta, mewakili mahasiswa Prodi IPII.
Pada kesempatan yang sama, Muhamad Bisri Mustofa Dosen Prodi IPII mengatakan, pentingnya literasi juga dikenalkan kepada masyarakat terutama ibu-ibu, salah satunya agar ibu-ibu dapat lebih bijak dalam memanfaatkan informasi yang dimiliki serta mandiri dalam memilah data dan informasi yang bermanfaat, bisa memilih mana bacaan yang cocok dan sesuai untuk anak-anak. Ujarnya di hadapan Ibu-Ibu yang mendampingi anak-anak saat membaca di Rumah Baca Pelangi Senja.
Kegiatan ini sebagai upaya Tim Relawan dalam membantu program pemerintah mencerdaskan anak bangsa melalui gerakan literasi, dan alhamdulillah Pringsewu sudah mendeklarasikan sebagai Kabupaten Literasi, memasyarakatkan budaya literasi sangat membutuhkan dukungan politik dari Pemerintah Daerah dan DPRD. Budaya literasi berkaitan dengan masa depan bangsa, karena itu perlu mendapat perhatian serius, bukan hanya pembangunan infrastrukutr dan pertumbuhan ekonomi.
Walaupun UU No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan memberikan harapan kepada kita akan berkembangnya budaya literasi, namun implementasi UU tersebut masih jauh dari harapan, ujar Eni Amaliah menutup pembicaraan.