Ditulis oleh : Ryki Setiawan
Revolusi industri yang pertama terjadi pada akhir abad ke-18. Hal ini ditandai dengan ditemukannya alat tenun mekanis pertama pada tahun 1784. Kala itu, industri diperkenalkan dengan fasilitas produksi mekanis yang menggunakan tenaga air dan uap. Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20.Kala itu ada pengenalan produksi massal berdasarkan pembagian kerja. Produksi massal ini dimungkinkan dengan adanya listrik dan jalur perakitan Awal tahun 1970 ditengarai sebagai perdana kemunculan revolusi industri 3.0 yang dimulai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi produksi. Industri 4.0 awal 2018 hingga sekarang tidak lagi sama dengan era industri sebelumnya.
Peran teknologi informasi tidak lagi sekedar sebagai alat tambahan namun sudah menjadi alat yang wajib ada untuk menjamin kelancaran operasional. Hal ini mendorong perubahan kepemimpinan di era digital. Agar menjaga daya saing, perusahaan membutuhkan digital leadership yang berorientasi pada inovasi dan kreativitas. Saat berbicara tentang digital leadership, mungkin tidak sedikit yang langsung terbayang pada sosok para pemimpin atau CEO perusahaan teknologi. Kefasihan para CEO akan teknologi memang tidak perlu diragukan lagi.
Mereka juga memiliki tujuan yang jelas terhadap pemanfaatan teknologi di perusahaannya. Namun apakah digital leadership hanya bisa dijumpai pada perusahaan berbasis teknologi? Digital leadership adalah kepemimpinan strategis dengan memanfaatkan teknologi, khususnya aset digital untuk mencapai tujuan perusahaan.
Meski demikian, digital leadership bukan hanya sekedar memanfaatkan teknologi, seperti email dan software untuk menjalankan operasional perusahaan. Lebih penting dari itu, digital leadership mampu memanfaatkan data untuk menggerakkan perusahaan ke arah yang lebih baik.
Seorang digital leader memiliki pendekatan yang sangat berbeda dengan pemimpin tradisional. Dalam mengambil keputusan, seorang digital leader tidak hanya bertumpu pada masukan dari orang-orang yang dipercaya. Mereka juga menggunakan data untuk menentukan keputusan terbaik untuk perusahaan.
Produk apa yang paling diminati dan laku keras di pasaran? Siapa yang membeli produk tersebut? Kenapa mereka membeli produk tersebut? Strategi promosi seperti apa yang menarik traffic paling tinggi?
Sebelum pemanfaatan teknologi informasi belum semasif sekarang, rasanya sulit untuk mendapatkan jawaban pasti dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Kalaupun bisa mendapatkan jawaban, sulit memastikan seberapa akurat jawaban tersebut. Porsi asumsi cenderung lebih besar. Karena itulah, sulit untuk menentukan keputusan yang tepat.
Di era digital seperti sekarang ini, perusahaan bisa mendapatkan data produk yang paling laku dijual dengan lebih mudah. Monitoring iklan juga sama mudahnya. Saat ada strategi bisnis yang kurang efektif, hal tersebut bisa diidentifikasi lebih cepat dan mudah.
Ilustrasi di atas mungkin terlihat sederhana. Namun tanpa digital leadership, hal tersebut sulit dilakukan. Dalam hal pemanfaatan teknologi dan data, digital leader adalah otaknya. Apakah perusahaan mampu mengolah data dan memanfaatkannya untuk kemajuan perusahaan, semua itu sangat bergantung pada digital leader yang memegang pucuk kepemimpinan.
Teknologi hanya sebaik orang yang menggunakannya. Apakah teknologi tersebut mampu membawa dampak baik bagi perusahaan atau tidak, semua itu sangat bergantung pada orang-orang yang ada di dalamnya.
Memiliki orang-orang yang fasih dengan teknologi adalah salah satu syarat untuk mencapai tujuan perusahaan di era digital. Akan tetapi, teknologi dan data yang ada akan digunakan untuk apa? Ke mana arah pemanfaatannya? Inilah yang sering kali lebih sulit untuk dimengerti dan gagal ditafsirkan perusahaan.
Digital leadership memiliki peran kunci dan mengambil posisi terdepan dalam hal kepemimpinan di era digital. Kemampuan digital leadership memungkinkan seorang pemimpin untuk memanfaatkan teknologi dan data untuk memimpin sebuah perusahaan.
Berdasarkan hasil studi Oxford Economics dan SAP, organisasi yang mengadopsi digital leadership cenderung mampu mendapatkan hasil bisnis yang jauh lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek kinerja finansial, kepuasan karyawan hingga pengambilan keputusan.
- Perusahaan dengan Digital LeadershipMenunjukkan Kinerja Finansial yang Lebih Baik
Sebanyak 76% dari 4.000 eksekutif yang mengadopsi digital leadership mampu mencetak pertumbuhan profit lebih besar. Mereka juga memiliki penerimaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan eksekutif yang masih menggunakan leadership tradisional.
- Karyawan Merasa Dilibatkan dan Lebih Puas dengan Pekerjaannya
Salah satu alasan karyawan resign dari perusahaan adalah karena merasa tidak berkembang. Mereka merasa seakan hanya bekerja dan menjalankan rutinitas saja. Hal ini bisa terjadi karena perusahaan tidak cukup melibatkan karyawan.
Perusahaan yang menerapkan digital leadership cenderung lebih disukai karyawan. Sebanyak lebih dari 87% karyawan merasa lebih bahagia dengan pekerjaan mereka. Karyawan juga merasa lebih dilibatkan dalam perusahaan.
- Loyalitas Lebih Tinggi
Digital leadership mampu meningkatkan loyalitas karyawan. Persentase karyawan untuk bertahan di perusahaan bahkan mencapai 21% lebih tinggi. Bahkan meski memiliki kesempatan untuk berhenti, tidak sedikit karyawan yang memilih untuk bertahan.
- Kepemimpinan Lebih Kuat
Kepemimpinan digital membantu seorang pemimpin untuk mengambil keputusan yang objektif. Keputusan para digital leader cenderung lebih tepat. Inilah yang membuat kepemimpinannya lebih kuat dan lebih disukai karyawan.
- Lebih Inklusif dan Beragam
Perusahaan yang menerapkan digital leadership cenderung lebih inklusif dan mengakui dampak positifnya terhadap budaya kerja. Di samping itu, proporsi karyawannya juga lebih fleksibel. Jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengadopsi digital leadership, proporsi karyawan perempuannya bahkan lebih banyak.
- Mampu Mengambil Keputusan dengan Lebih Baik
Digital leadership banyak memanfaatkan data dalam pengambilan keputusan. Meski masukan dari ahli dan orang-orang terpercaya masih digunakan, basisnya tetap pada data. Itulah yang membuat perusahaan dengan digital leadership mampu mengambil keputusan lebih baik.
Seorang digital leader memiliki visi yang jelas dan paham bagaimana teknologi dan data dapat membantu mencapai visi tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga tahu bagaimana cara menggunakannya untuk meraih tujuan perusahaan.
Transformasi digital membutuhkan skill khusus, terlebih bagi pemimpin perusahaan. Menariknya, fasih menggunakan aset teknologi bukanlah satu-satunya kemampuan yang harus dimiliki. Seorang digital leader juga harus memiliki soft skill yang menunjang transformasi digital perusahaan. Untuk lebih jelasnya, berikut skill digital leadership yang wajib dimiliki.
- Komunikasi
Seorang pemimpin harus mampu mendelegasikan tugas ke jajaran di bawahnya. Untuk melakukan hal tersebut, pemimpin harus bisa mengkomunikasikannya dengan baik. Itulah kenapa komunikasi menjadi skill paling dasar bagi seorang pemimpin. Dalam digital leadership, urgensi skill komunikasi bahkan jadi lebih penting.
Perlu diingat, digitalisasi memang mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan. Akan tetapi, ada beberapa efek samping yang berpotensi mengganggu hubungan interpersonal. Teknologi dapat mengurangi interaksi langsung antar karyawan.
Untuk menghemat waktu dan memudahkan pekerjaan, karyawan akan lebih sering berkomunikasi secara virtual. Jika seorang pemimpin tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik, kesalahpahaman akan lebih sering terjadi. Itulah kenapa seorang digital leader harus memiliki skill komunikasi yang baik dan sejalan dengan transformasi digital perusahaan.
- Visi
Seorang pemimpin memang harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Namun mengikuti perkembangan zaman bukan berarti hanya sekedar menjadi pengikut. Perlu diingat, pemimpin adalah seseorang yang memimpin. Karena itu, ia harus memiliki kemampuan untuk memimpin bawahannya.
Salah satu faktor yang menentukan apakah seorang pemimpin layak diikuti atau tidak, semua itu bisa dilihat dari visi yang dimiliki. Seorang pemimpin tidak boleh hanya sekedar mengikuti. Ia harus memiliki tujuan sendiri atau visi yang ingin diraih. Visi menentukan arah kemana perusahaan akan dibawa. Jika seorang pemimpin tidak memiliki visi, tidak mungkin ia mampu menentukan arah perusahaan. Pada akhirnya, perusahaan hanya akan terombang-ambing tanpa arah.
Memiliki visi hanyalah tahap awal. Memilikinya saja tidaklah cukup. Seorang pemimpin juga harus bisa mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama untuk mewujudkan visi tersebut. Di sinilah kemampuan seorang pemimpin dalam meyakinkan bawahan sangat dibutuhkan.
- Melek Digital
Jika ada satu hal yang membedakan antara pemimpin tradisional dengan digital leader, hal tersebut pastilah kapabilitasnya dalam memanfaatkan teknologi, khususnya data dan teknologi informasi. Melek digital adalah syarat wajib dalam digital leadership.
Jika seorang pemimpin tidak melek digital, bagaimana mungkin ia paham akan peran teknologi dan bisa memanfaatkannya untuk mencapai tujuan perusahaan? Meski demikian, bukan berarti seorang digital leader harus bisa merakit komputer dan membuat software.
Selama bisa menggunakan teknologi yang digunakan oleh perusahaan, hal tersebut sebenarnya sudah cukup. Pemimpin yang melek digital juga lebih mudah dalam menentukan teknologi yang dibutuhkan. Ia juga mudah beradaptasi dengan teknologi baru yang digunakan perusahaan.
- Adaptasi
Perubahan akan terus terjadi. Hanya saja, teknologi mempercepat perubahan tersebut. Banyak perusahaan yang tenggelam karena merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja. Alih-alih beradaptasi dan melakukan transformasi digital, banyak dari perusahaan besar yang kukuh bertahan dengan gaya lamanya.
Perubahan perusahaan pada dasarnya ditentukan oleh pemimpinnya. Jika pemimpinnya tidak mau berubah, sulit bagi perusahaan untuk berubah. Ingat, saat ini perubahan terjadi jauh lebih cepat dibanding sebelumnya. Karena itu, kemampuan adaptasi menjadi salah satu skill wajib untuk menguasai digital leadership.
- Strategi
Selain visi, seorang pemimpin juga harus memiliki strategi untuk mewujudkan visi tersebut. Bagaimana tujuan perusahaan dapat diraih, hal tersebut tentu membutuhkan strategi yang tepat.
Transformasi digital juga demikian. Perusahaan memang harus berubah agar bisa tetap relevan dengan zaman. Namun agar perubahan tersebut dapat dilakukan dengan lancar, seorang pemimpin harus bisa melibatkan budaya perusahaan.
- Inovasi
Dunia terus berubah. Agar perusahaan bisa bertahan dan berkembang, satu-satunya pilihan adalah dengan merangkul perubahan tersebut. Seorang digital leader harus kreatif. Ia harus terbuka dengan perubahan dan memiliki dorongan kuat untuk berinovasi. Digital leader memahami bahwa inovasi adalah harga mati. Jika perusahaan berhenti berinovasi, pada saat itulah posisinya akan terganti.
- Pengambilan Risiko
Pilihan tidak selalu antara baik dan buruk. Saat memimpin sebuah perusahaan, terkadang seorang pemimpin akan dihadapkan pada pilihan yang sama-sama tidak enak. Keduanya sama-sama memiliki risiko.
Namun jika tidak mengambil keputusan, konsekuensinya bisa jauh lebih buruk. Tidak ada keputusan yang bebas risiko. Dalam setiap keputusan, pasti ada risikonya. Namun, digital leader tidak hanya asal berani mengambil risiko. Risiko yang diambil juga harus terukur.
Kualitas seorang pemimpin tidak terbentuk dalam waktu semalam. Ada proses yang harus dilalui untuk menguasai seni dalam memimpin banyak orang. Bahkan untuk seorang pemimpin sekalipun, mereka harus terus belajar hal-hal baru untuk bisa menjadi pemimpin yang relevan dengan zaman.
Itulah kenapa seorang pemimpin tidak boleh berhenti belajar dan terus mengembangkan dirinya. Ingin jadi pemimpin di era digital ini? Kini siapapun memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi seorang leader, khususnya di era digital saat ini.